Senin, 16 November 2009

Diposting oleh Yoedha


Alunan lagu syahdu memperdengarkan irama liris dan menyayat, dentingan piano membawa terbang malaikat kepada kesempurnaan, melanglang jagat dengan sayap – sayapnya yang suci, dengan gelas gelas kebaikan serta berkah – berkah yang kelak diturunkan pada jiwa – jiwa yang di penghujung gelap malam, masih saja membekali obor kecintaan yang menerangi sebagian alam dalam sejuk pandangan yang setelah seharian bergulung debu dan lusuh, percikkan iramanya masih kudengar meski bising musik kota lebih bersemangat namun terlalu sombong dan berakal licik, serta membabi buta, meninggalkan sebagian terang pada bulan dan merampas sebagian lelah surya yang menggantung di benak dan raga, apalah arti debu ketika dosa – dosa menjaga jarak dengan neraka, sedang lautan ampunan sedang menunggu sampan kita, kayuh dengan perjuangan dan bersemangat dengan ketekunan dan lembutkan suasana, seperti ketika mendarat pada landasan yang halus dan mulus, bukan terjal dan bergelombang, bersama Mozart yang masih setia menemaniku menulis, dan bersama jiwa malam yang mehadirkan impian impian dan kata yang seakan tak pernah habis dan takkan habis, pagi menampakkan kebesaran – Nya, yang takkan usai dan hingga tak berakhir, karena Dia adalah tak berawal dan tak berakhir, melalui tetes embun yang mencairkan segala lelah hati menjadi keriangan pada segenap hari, juga melalui hujan semlam tadi, bumi masih saja merintih dan menangis, bersama tetesan embun dan hujan ia mengadu, pada Dzat yang Maha Agung ia meluapkan segala keletihannya dan harapan – harapan yang tiap kata adalah kejelasan bahwa hati karang manusia terlalu keras dan terjal untuk di pecahkan, mecintai seluruh alam dengan segala kesempurnaan – Nya, membawa kita pada satu dimensi dimana kita peroleh satu lagi ungkapan jiwa yang kemarin merana dan gundah sebab wajah bumi mempesona

0 komentar:

Posting Komentar